keterpurukan mengiringi langkah kesuksesan nya
Keterpurukan
mengiringi langkah kesuksesan nya
Wanita muda yang sebentar lagi akan
mengakhiri masa lajangnya itu, mulai memasuki ruang kelas dengan sesekali
melirik tajam kearah sekelilingnya. Kulit nya putih dibalut dengan pakaian
kasual layaknya seorang pengusaha muda. Senyum yang menghantarkan ia duduk
terlihat sangat ramah. Raut wajahnya selalu terlukis kebahagiaan penuh syukur. Sikapnya
memperlihatkan ia adalah seorang yang ceria.
Perlahan
mulai membuka bibir kecilnya dengan tutur bahasa yang santun. Dia bukanlah
seorang primadona kala itu. Tapi di kalangan kampus namanya cukup dikenal
terutama di Universitas Bunda Mulia. Dia adalah mahasiswi berprestasi yang
lulus dengan pencapaian Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,00. Kecerdasan yang
dimiliki membawanya kepada banyak peluang kerja yang ada saat itu.
Sejak
kecil, ia sudah banyak menjuarai berbagai bidang perlombaan. Ketika duduk
dibangku SMA, ia menjuarai lomba menghitung cepat sehinngga meraih beasiswa
sebesar 75% sampai lulus kuliah. Tapi IPK yang didapat tidak boleh melewati
batas minimal yang ditentukan. “Pakailah kesempatan kuliah dengan baik” ujar Vivi.
Siapa
sangka wanita yang tinggal di daerah Cengkareng itu juga mempunyai sebuah usaha
kecil yang cukup berhasil dengan pendapatan besar. Dia bukanlah anak yang lahir
dari orang tua berlimpah harta. Selain kuliah dan usaha, ia juga sempat menjadi
seorang penyanyi di FoodCourt,
mengajar tutor dan ikut olimpiade. Vivi Leonita, begitu orang-orang memanggil namanya.
Selagi duduk di bangku pendidikan, ia sudah menggeluti usaha tersebut dengan
tekun.
Banyak orang berucap bahwa hidup itu seperti roda yang
berputar. Ada masa dimana seseorang berada di puncak kebahagiaan, dan ada masa
dimana seseorang berada dalam keterpurukan. Kala itu semua terlihat baik-baik
saja sampai suatu hari ayah nya terkena stroke ketika ia duduk di bangku
semester 4 beberapa tahun lalu. Kemudian 1 tahun lalu Ibunya mengalami sakit
autoimun dan adik nya menderita Leukimia. Keadaan itu membuat nya harus bekerja
keras untuk menjadi tiang dalam keluarga.
Seperti mesin putar, tidak kenal
lelah. Setiap hari ia mengerjakan ratusan produk untuk dikirim. Waktu, tenaga
dan pikiran yang ia pertaruhkan untuk menyeimbangkan antara pendidikan dan
bagaimana cara untuk berjuang melawan semua nya ia lewati tanpa
bersungut-sungut. Tidak mudah bagi sebagian orang untuk menjalankan kuliah dan
usaha, namun bagi Vivi hal ini dapat di atur sehingga tidak mengganggu asal ia
dapat mengerti semua penjelasan kuliah.
Dorongan dari banyak pihak membuat nya yakin bahwa ia
dapat menerjang semua perkara yang ada. Perlahan Ayahnya membaik dan sudah
dalam proses pemulihan. Hari itu, ia sudah mulai berjualan online. Dia sudah
mulai bergabung dalam usaha e-commerce.
Bisnis ini merambah dunia aksesoris wanita seperti gantungan kunci, manik-manik,
pajangan, kalung choker, dan gelang custom. Pembeli pun sudah dari berbagai macam daerah sehingga
penjualannya itu dapat dibilang sukses dan meluas.
Dengan pendapatan setiap bulannya, ia bisa membiayai
keperluan sehari-hari dan biaya pengobatan Ayah, Ibu, dan Adiknya. Puji syukur tak
terhenti karena hari demi hari usahanya semakin maju apalagi ia sudah menamatkan
kuliahnya sehingga dapat lebih fokus pada usaha yang ia jalankan. Keadaan semakin
membaik hingga perjalanan hidupnya terdengar oleh beberapa media. Ia beberapa
kali tampil dimedia sebagai narasumber.
Perjuangan yang selama ini ia jalankan sangat berbuah harum
bagi nya. Keberhasilan dalam dunia pendidikan menghantarkan ia kepada
penghargaan yang begitu berarti. Perjalanan bagaimana ia bangkit dari keterpurukan
banyak diangkat menjadi sebuah inspirasi bagaimana menyeimbangkan antara usaha,
pendidikan, dan keluarga yang sangat berarti.
Komentar
Posting Komentar